Etos Kerja Korea
Korea merupakan negara yang paling berhasil di dunia dalam berbagai aspek kehidupan Negara, baik dari segi ekonomi, sosial, budaya, politik, pertahanan maupun iptek. Negara yang pernah hancur akibat penjajahan Jepang dan perang saudara dengan Korea Utara ini, mampu menunjukan keberhasilan dalam waktu empat dekade sehingga menjadi Negara kelas utama ekonomi dan teknologi di dunia. Padahal apabila ditinjau lebih dalam, Korea Selatan tidak memiliki kekayaan alam yang melimpah ruah seperti Indonesia bahkan bisa disebut negara miskin dengan kekayaan alam karena tidak memiliki minyak bumi, hasil tambang ataupun hasil hutan yang dapat diandal namun mereka memiliki etos kerja masyarakat yang tinggi dan mampu mengoptimalkan kekayaaan alam yang ada. Beberapa etos kerja orang Korea Selatan yaitu :
- Pekerja Keras
Korea memiliki kegigihan yang luar biasa dalam berusaha dan tak kenal lelah membangun negara dan bangsanya keluar dari keterpurukan menjadi negara yang sangat maju di dunia. Orang Korea sudah biasa bekerja 14 – 18 jam sehari, 94 – 126 jam seminggu.Orang Korea dikenal sebagai bangsa yang memiliki etos kerja yang sangat tinggi. Bagi mereka waktu bukan hanya uang, emas, ataupun pedang, waktu adalah kehidupan itu sendiri.
Keinginan untuk keluar dari keterpurukan, kemiskinan, dan penderitaan bahkan menjadi negara kelas atas dunia menjadikan warga Korea Selatan menjadi masyarakat pekerja keras. Faktanya negara yang sudah porak poranda akibat penjajahan Jepang dan perang saudara ini bisa bangkit menjadi negara kelas utama di dunia dan berhasil menjadi negara pengimpor minyak bumi dan sumber alam lainnya yang mencapai GNP 20.000 dolar padahal sumber kekayaan alamnya jauh lebih sedikit dari bangsa Indonesia dalam empat dekade hal ini adalah kerja keras dari masyarakat korea itu sendiri.
- Totalitas
Etos kerja ini sangat sulit di tinggalkan karena dalam mengerjakan sesuatu mereka selalu mengutamakan totalitas yang tinggi. Sebagai contoh dunia hiburan di korea selatan atau dunia k-pop. Drama, musik, artis, film semua produk bisa go internasional karena buat dengan penuh totalitas tinggi dan tidak main-main.
- Disiplin
Masyarakat Korean Selatan dikenal dengan masyarakat yang memiliki sifat disiplin yang sangat tinggi. Hal ini dibuktikan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya jam masuk kantor maupun sekolah tepat waktu tidak ada alasan hujan, macet dan sebagainya dan tidak bisa ditolerir. Apabila turun ataupun naik bus selalu di halte, membuang sampah selalu di tempatnya, Menghargai waktu jika mempunyai janji dengan orang lain, meyebrang jalan selalu di tempatnya dan tidak menerobos lampu merah dan lain sebagainya.
- Tahu diri
Orang korea selatan sangat tahu diri pada negaranya, mereka mengetahui bahwa negaranya tidak mempunyai sember daya alam seperti negara lain contohnya minyak, hutan, emas, batu bara dll. Tetapi mereka mempunyai akal untuk tidak mengandalkan sumber daya alam tetapi mengandalkan sumber daya manusia dengan inovasi dan teknologi.
- kerja cepat
Etos kerja yang satu ini sangat identik dengan korea selatan. Di negara ginseng ini kata “cepat” banyak di ucapkan di kehidupan sehari hari terutama dalam dunia kerja. Kata cepat dalam bahasa korea yaitu pali “빨리”. Korea selatan harus bekerja cepat jika ingin mengejar ketertinggalan dengan negara lain.
- Rasa kebangsaan yang tinggi
Masyarakat Korea Selatan adalah orang-orang yang memiliki rasa nasionalismeyang tinggi di kehidupan sehari-hari baik di dalam negara sendiri maupun di negara orang lain. Misalnya, dalam bahasa. Mereka menggunakan bahasa ibu dimanapun mereka berada. Faktanya tidak banyak orang korea yang bisa berbahasa Inggris dibandingkan dengan orang Indonesia yang sudah banyak bisa bahasa Inggris , hal ini bukan berarti bahwa masyarakat korea tidak mampu berbahasa Inggris melainkan jiwa nasionalisme meraka yang sangat kuat.
- Mencintai produk dalam negeri
Mereka sangat bangga akan produk mereak sendiri. Hampir semua yang menunjang kehidupan mereka adalah merupakan hasil dari produk buatan dalam negeri.di samping itu pemerintah di sana membuat kebijakan proteksi perdagangan dimana produk luar negeri dikenakan pajak yang sangat tinggi sehingga masyarakat disana lebih membeli dan mencintai produk dalam negeri yang lebih murah, hal ini juga memberikan motivasi bagi para pengusaha untuk menciptakan produk dengan kuantitas banyak dan berkualitas tinggi.
- Rasa senasib sepenanggungan
Masyarakat Korea Selatan memiliki sifat tolong-menolong dan solidaritas yang tinggi. Hal ini dibuktikan pada tahun krisis moneter 1997, pemerintah dan rakyat bahu-membahu untuk mengatasi krisis tersebut dengan menyumbangkan emas milik mereka secara sukarela kepada Negara untuk mengatasi krisis tersebut. Selain itu, ketika musim dingin tiba, biasanya pemerintah suka mengadakan Kimjang (persediaan membuat kimchi selama musim dingin) secara besar-besaran diaman hasilnya akan diberikan kepada warga yang kurang mampu dan lansia yang tingal sendirian.
- Kejujuran
Korea Selatan termasuk ke dalam kelompok negara yang masih memiliki tingkat kejujuran yang tinggi. Hal ini bisa dibuktikan dari 10 buah ponsel yang tertinggal di bus, maka dapat diperkirakan 8 buah ponsel yang dikembalikan. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Korea Selatan masih menjunjung tinggi sikap kejujuran karena mereka menyadari bahwa dibalik kejujuran tersebut akan timbul rasa toleransi yang dapat membawa Negara tersebut pada sebuah kesuksesan bersama.
Etika Bisnis Korea
Dasar dari etika bisnis korea adalah penghormatan dan kepercayaan satu sama lain. , Korsel juga masih menjaga etika kesopanan dan budayanya. Saling menghormati antara atasan dan bawahan, dan saling membantu anatar senior dan junior itu wajib hukumnya. Bentuk rasa penghormatan orang Korsel salah satunya adalah dengan memberi salam dan membungkukkan badan 45 derajat ketika bertemu. Selain salam ketika bertemu, orang Korsel juga sangat gemar mengucapkan salam sesuai situasi dan kondisi seperti; selamat datang, selamat tinggal, selamat bekerja, dan lainnya.
Terkait dengan hubungan antara atasan (bos) dengan bawahan, kesopanan wajib dijaga. Orang Korsel jarang sekali melanggar aturan yang dibuat oleh bos, mereka selalu menaatinya, bekerja sigap, cepat dan menunjukkan kerja yang baik. Meskipun terdengar agak tidak demokratis, jika BMI memilih aman ada baiknya menaati aturan yang dibuat selama masih wajar. Hal penting lainnya di lingkungan kerja adalah mengakui kesalahan dengan sportif lalu meminta maaf langsung ketika melakukan kesalahan tanpa dibumbui dengan banyak alasan. Orang Korsel tidak menyukai orang yang tidak sportif dan banyak alasan.
Sama halnya dengan Jepang, pebisnis Korea juga menganggap business cardsebagai hal yang penting dalam urusan bisnis, jadi pastikan Anda selalu membawanya. Dalam suatu pertemuan, jarang sekali Anda memperkenalkan diri langsung kepada lawan bicara, biasanya orang ketiga yang akan memperkenalkan Anda. Jika Anda lebih junior, maka Anda harus membungkuk terhadap lawan bicara yg lebih senior/posisinya lebih tinggi. Korea sangat menjunjung tinggi senioritas dan hubungan atasan dan bawahan. Sebagai bentuk penghormatan, biasanya mereka menyapa lawan bicara dengan nama jabatan/profesi/titelnya kemudian dikuti oleh nama keluarga, misalnya: Direktur Kim, Manajer Choi, atau Supervisor Lee. Atau jika Anda tidak yakin, panggil saja dengan sebutan international, misalnya Mr. Kim atau Ms/Mrs Lee. Orang Korea biasanya mengadakan pertemuan bisnis yang dibarengi dengan jamuan atau minum (beralkohol), Anda bisa mengggunakan alasan keyakinan dan kesehatan untuk menolak secara halus tawaran tersebut.
Analisis 5 Dimensi Kebudayaan Hofstade
- Collectivism
Secara umum, sebenarnya kebudayaan Korea bersifat kolektif (karakteristik kebudayaan Asia), hanya saja pengaruh perkembangan IPTEK dan globalisasi membuat kota Korea menjadi salah satu negara yang maju. Walaupun tidak semua perilaku masyarakat Korea sudah luntur dari model kolektifitas. Untuk area privat atau area yang sifatnya lebih personal, seperti keluarga, model kolektifitas ini masih kental terasa. Hal ini terlihat dengan adanya bentuk rapat keluarga, yang mana masih menghormati orangtua sebagai penentu keputusan untuk anaknya. Tetapi hal ini hanya berlaku dalam nuclear family. Kebudayaan kolektifitas ini tidak sampai mengganggu kebebasan individu berkreasi dengan hidupnya sendiri, juga membatasi diri dari area privat atau area personal orang lain, bahkan dalam extended family. Ini juga terlihat dengan hubungan mereka dengan tetangga sebelah rumah. Atau kesan mereka terhadap orang asing. Kontak mata dengan orang yang tidak dikenal tidak membuat orang Korea bersikap ramah, tetapi jika sudah kenal, mereka akan menjadi sangat akrab dan memiliki rasa kekeluargaan yang tinggi. Salah satu contoh kentalnya kolektifitas di Korea adalah kebiasaan tinggal bersama mertua atau orang tua suami atau istri setelah menikah. Hampir sebagian besar anak yang sudah menikah memilih tinggal bersama dengan orangtua mereka.
- Power Distance
Di kebudayaan Korea, dimensi power distance ini hanya terasa pada lingkup organisasi. Ini terasa dalam proses pengambilan keputusan. Keputusan yang diambil oleh pemimpin harus dilaksanakan. Bawahan bukan partner, tetapi lebih pada karyawan yang harus melaksanakan tugas. Menurut Hofstede, perbedaan budaya dalam dimensi power distance ini akan berpengaruh pada perbedaan dalam perilaku kerja. Misalnya dalam organisasi dengan budaya yang mempertahankan jarak sosial, biasanya manajer yang dianggap ideal adalah paternalistik dan menjadi pusat pengambilan keputusan. Sementara manager pada masyarakat yang memilik budaya tidak mempertahakan jarak sosial, diharapkan lebih banyak berkonsultasi dengan bawahannya dalam proses pengambilan keputusan. Ada kemampuan komunikasi yang baik dengan bawahannya, menghargai kesetaraan.
- Maskulin
Karena masyarakat korea memiliki etos kerja yang kerja keras, disiplin, kerja cepat dan totalitas.
- Uncertainty Avoidance
Mengenai dimensi uncertainty avoidanceini, masyarakat Korea tergolong tinggi. Mereka berusaha sedapat mungkin melakukan segala sesuatu dengan kepastian. Lebih menyukai pekerjaan yang terstruktur sehingga apa yang harus dilakukan hari pasti. Ini juga terlihat dari cara mereka memandang waktu. Tepat waktu menjadi salah satu etika bekerja mereka. Pelaksanaan aturan-aturan yang ditetapkan dilakukan dengan kepatuhan. Dari segi kehidupan pribadi, orang Korea cenderung memiliki planning yang jelas untuk jalan hidup mereka di masa depan. Mereka merencanakan apa yang harus dilakukan 5 tahun kedepan dan lain-lain. Beberapa contoh tersebut dapat membuktikan bahwa tingkat uncertainty avoidance di Korea cukup tinggi.
- Long Orientation
Orientasi orang Korea terhadap masa depan terlihat jelas dalam masalah pendidikan dan pernikahan. Untuk masalah pendidikan, pemuda-pemudi Korea sangat berkompetisi untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas dengan tujuan cita-cita tinggi mereka tercapai. Mereka bahkan sangat berani terbang lintas negara untuk mencapai kehidupan yang ingin mereka capai nanti. Orientasi terhadap masa depan juga terlihat dalam menjalin hubungan dengan lawan jenis. Berusaha menjalin hubungan itu dengan serius dan merencanakan perkawinan dan mempersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan perkawinan, misalnya menabung. Orientasi masa depan dalam hal beragama (spirituality) tidak menjadi perhatian dalam masyarakat Korea. Pembedaan berdasarkan agama tidak penting bagi budaya Korea. Bagi mereka hiduplah hari ini, apa yang akan terjadi di sana (kehidupan setelah mati) ditentukan oleh hidup hari ini.